Khalifah Umar bin Abdul Azis


Alasan Khalifah Umar bin Abdul Azis Larang Pejabat Berbisnis, Masih Relevan Setelah 1.300 Tahun
 
Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Dinasti Umayyah dikenal karena kejujuran dan kesederhanaannya. Dia seorang yang zuhud dan dikenal sebagai salah satu contoh pemimpin terbaik dalam sejarah peradaban islam.

Saat dilantik menjadi Khalifah tahun 717, Umar bin Abdul Azis baru berusia 37 tahun. Usia yang masih sangat muda mengingat wilayah kekuasaan Bani Umayyah sangat luas kala itu. Reformasi di berbagai bidang segera dijalankan oleh Umar. ketika dilantik sebagai Khalifah, dia menjual seluruh kekayaannya & disumbangkan ke Baitul Mal. Dia juga mengembalikan tanah rakyat yang dulu dirampas oleh pemerintah tanpa sebab. Umar memotong gajinya sendiri, sehingga lebih rendah dari kebanyakan masyarakat di negerinya itu. Dia juga menjalankan reformasi di bidang ekonomi, pertanian dan hukum. Menggaji hakim di atas profesi lain agar bersikap adil, & melarang keras suap. Pejabat tak lagi memiliki kekuasaan mutlak untuk merampas atau menghukum rakyat jelata.

Khalifah Umar bin Abdul Azis pun mengeluarkan kebijakan agar para pejabat dilarang berdagang & berbisnis. Dia menulis surat menegaskan aturan tersebut. Sang Khalifah takut bisnis & jabatan akan bercampur baur.

"Seorang Imam (pemimpin Negara) tidak pantas untuk berdagang. Begitu pula tidak halal bagi seorang gubernur untuk berdagang di dalam wilayah kekuasannya. Karena seorang Amir bila dia berdagang, dia akan mudah melakukan monopoli & membenarkan perbuatan yang merusak negara. Sekalipun dia berusaha keras untuk tidak berbuat demikian."

Walau sudah berlalu lebih dari 1.300 tahun, rasanya alasan itu masih relevan hingga hari ini. Di belahan dunia mana pun.

Rakyat Hidup Sejahtera

Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Azis tak lama. Namun kurang dari 3 tahun itu, berhasil menorehkan kesejahteraan untuk rakyatnya.

Yahya Ibnu Said yang diutus ke Afrika Utara untuk membagikan zakat, menulis tak ada orang miskin di kawasan tersebut . Dia pun bingung pada siapa zakat ini diserahkan.

Afrika Utara saat itu adalah wilayah yang sangat jauh dari pusat kekuasaan Sang Khalifah di Damaskus. Namun kesejahteraan tetap dirasakan di sana. Uang itu kemudian digunakan Yahya untuk memerdekakan beberapa orang hamba sahaya di sana.

Kesederhanaan Sang Pemimpin
Di pusat kekuasaan, Khalifah Umar bin Abdul Azis dan keluarganya hidup sangat sederhana. Dia menolak tinggal di istana dan memilih tinggal di rumahnya yang sederhana. Ceritanya suatu hari Sang Khalifah ingin makan anggur. Lalu dia bertanya pada istrinya, Fatimah, apa masih punya uang dirham? Dijawab tidak.

"Apa kita masih punya uang tembaga?" lanjut Sang Khalifah. Uang tembaga nilainya kira-kira seperdelapan dirham.

Ternyata sekadar uang tembaga atau uang receh pun tak ada. Lalu sang istri bertanya pada Khalifah Umar.

"Engkau adalah Amirul Mukminin, tapi tak ada uang untuk membeli anggur?" katanya.

Jawaban Sang Khalifah penuh hikmah. "Perkara ini lebih ringan daripada kelak kita nanti menghadapi belenggu di neraka jahanam."

Tidak satu sen pun dia mau mengambil uang kas negara untuk kepentingan pribadi. Semoga kisah ini bisa menginspirasi para pemimpin.

*Disarikan dari berbagai sumber

Comments

Popular posts from this blog

SEKILAS MENGENAL AKUNTANSI TERAPAN

9 TITIK TOTOK SYARAF UNTUK BERHENTI MEROKOK

LEARN ABOUT AURA