Posts

Showing posts from May 1, 2020

Malik Bin Dinar

Nama aslinya adalah Abu Yahya, Malik bin Dinar al-Bashri. Ia lahir di Bashrah & merupakan generasi ke-5 dari golongan tabi’in. Ia adalah anak dari seorang budak Persia yang menjadi murid Hasan al-Bashri. Ia meninggal di Bashrah pada 131 H. ‘Abdullah bin Ahmad bin Quddamah al-Maqdisi dalam al-Tawwabin mengisahkan bahwa dulunya, Malik bin Dinar adalah seorang preman yang suka mabuk-mabukan, berbuat zalim, memakan riba, dll. Hingga pada akhirnya ia bertaubat & kembali kepada Allah SWT. Ia pernah ditanya mengenai kisah pertaubatannya. Ia menuturkan, “Dulu aku adalah seorang polisi yang suka mabuk-mabukkan. Aku lalu membeli seorang budak perempuan cantik yang melahirkan anak perempuan yang sangat aku cintai. Ketika ia sudah dapat merangkak, aku semakin mencintainya. Setiap aku meletakkan minuman keras di hadapanku, ia mendatangiku, lalu menumpahkan minuman keras dariku. Ketika sudah genap 2 tahun, ia meninggal dunia, sehingga aku merasa berduka atas kepergiannya. Pada malam Nishfu

Karomah Para Wali

Lelaki alim bernama Muammar Taqi pusing 7 keliling. Hari-harinya menjadi menjemukan. Nikmat sering bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam setiap mimpinya tiba-tiba berhenti. Berminggu-minggu ia merenung mencari-cari, apa gerangan yang terjadi pada dirinya? Padahal, ia tidak berubah sama sekali, termasuk dalam ibadah & laku spiritualitas lainnya. Kejadian itu berlangsung lama, hingga sekali waktu ketika ia tidur malam, Muammar Taqi bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Seperti biasa, Rasulullah SAW datang dengan wajah yang sangat teduh namun keteduhan wajah itu tak menghalangi kegundahan hati Muammar Taqi. Hal itu mendorongnya untuk bertanya kepada Rasulullah SAW. “Mengapa engkau tidak mau menyapa dan berkunjung ke mimpiku lagi, ya Rasulullah?” Rasul tersenyum, kemudian menjawab. “Bagaimana mungkin aku mengunjungimu sementara antara dirimu dengan diriku ada hijab yang sangat tebal?” Muammar Taqi kelimpungan. “Apa itu? Katakan padaku, Ya Rasulullah.” “Kau menulis karangan yang memb

Wali Allah SWT yang di ziarahi oleh Nabi Muhammad SAW

Dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qalyubi diceritakan, suatu kali Abu Yusuf Ya’qub bin Yusuf bercerita tentang salah seorang sahabatnya yang unik. Ia orang yang wara’ dan takwa meski orang-orang mengenal karibnya itu sebagai orang fasik dan pendosa. Sudah 20 tahun Abu Yusuf melakukan tawaf di sekitar Ka’bah bersamanya. Tak seperti Abu Yusuf yang berpuasa terus menerus (dawam) sahabatnya ini sehari puasa sehari berbuka. Memasuki 10 hari bulan Dzulhijjah, sahabat Abu Yusuf ini menunaikan puasa secara sempurna kendati ia berada di padang sahara yang tandus. Bersama Abu Yusuf, ia masuk kota Thurthus dan menetap di sana untuk beberapa lama. Di tempat gersang inilah, persisnya di sebuah kawasan reruntuhan bangunan, ia wafat tanpa seorang pun yang tahu kecuali Abu Yusuf. Abu Yusuf pun keluar mencari kain kafan dan alangkah kagetnya tatkala dirinya kembali menyaksikan banyak kerumunan orang berkunjung, mengkafani, sekaligus menyalati jenazah sahabatnya tersebu