Humble Bragging
Pihak yang melakukan Humble Bragging umum mengatakan hal - hal yang bertolak belakang dengan niat aslinya dimana tujuannya untuk mendapatkan pujian dari orang lain & mendapatkan kesan rendah hati, padahal aslinya tidak demikian.
Menurut studi Harvard Business School, kebanyakan pelaku humble bragging dibalut dengan kalimat bernada keluhan & nyatanya, tipe pamer terselubung seperti ini justru menghasilkan dampak lebih buruk daripada pamer secara terang-terangan.
Humble bragging ada 2 macam :
1. Dilakukan dengan cara seakan merendahkan diri
sendiri seperti :
"Aku gak percaya aku bisa dapat nilai
paling bagus di kelas, padahal waktu belajarku mepet banget."
2. Dilakukan dengan cara menyatakan komplain
seperti :
"Aku heran kenapa penjaga kasirnya minta
KTPku, padahal umurku sudah 20 tahun, masa' wajahku gak kelihatan sih?"
Humble bragging menurut para peneliti, dilakukan untuk mendapatkan simpati & kekaguman orang lain. Dilansir dari iflscience, penelitian yang dipublikasikan Journal of Personality & Social Psychology oleh Ovul Sezer, ilmuwan bidang perilaku University of North Carolina, Chapel Hill. Sezer mengatakan pihak-pihak seperti ini banyak ditemukan di media sosial atau di lingkungan sekitar & mereka akan cenderung tidak disukai pihak lain ketika berbicara.
Ada 3 (tiga) tingkatkan Humble Bragging
1. Naif Humble Brag
Jenis Humble Bragging yang polos atau naif, jadi
segala macam pernyataan akan diungkapkan secara gamblang. Jadi orang ini akan
membuat pengakuan bahwa dirinya itu Humble. Tujuannya satu yakni agar terlihat
tidak sombong & kooperatif.
2. Self Deprecating Humble Brag
Jenis Humble Bragging ini lebih merujuk ke penggunaan
Self Deprecating Humor yaitu guyonan yang menjelek-jelekkan diri sendiri. Misal,
orang yang mengatakan bahwa dirinya memiliki tampang yang pas-pasan atau jelek
sehingga susah mendapatkan pasangan.
3. Merendah Untuk Meroket
Jenis Humble Bragging paling tinggi dimana
kesan pamer terlalu menonjol ketimbang nada mengeluhnya bahkan, terkadang hal
yang diungkapkan itu serasa tidak sepantasnya untuk dipamerkan kepada orang
banyak.
Intinya Humble Bragging Ini merupakan sikap seseorang untuk mendapatkan pengakuan akan existensi dirinya. Disatu sisi dia menunjukkan kekurangannya padahal disisi lain niat sebenarnya ingin dipuji karena kelebihannya.
Ciri-ciri umum dan mendasar adalah :
1. Suka mengulang-ulang kalimat;
2. Ingin mendapatkan pengakuan; dan
3. Butuh perhatian, karena haus akan pujian.
Apakah auditor pada suatu saat ketika melakukan konfirmasi atau interview akan menemukan hal seperti ini? Tentu salah satunya pasti ada. Bagaimana cara mengatasi auditee seperti ini.
Hal yang pernah saya lakukan adalah dengan cara
menggunakan teknik antitesis yang pernah saya ketahui dan aplikasikan sebagai
berikut :
1. Lihat dahulu cara Ybs menyampaikan kalimatnya,
jika gamblang, menonjol terkesan smart maka uji dengan pengetahuan yang kita
inginkan tetapi jangan sampai masuk ke inti persoalan. Jika kita yakini orang
yang bersangkutan mengetahui, maka lanjutkan langkah ke 2.
2. Puji dirinya setinggi langit, namun jangan
terlalu tinggi agar tidak terkesan dibuat-buat. Kalau mengutip lirik lagu Ari
Lasso, “sentuhlah dia tepat dihatinya, dia akan jadi milikmu selamanya” eits
keterusan sampai tercipta rapport. Hal ini dilakukan dengan rasa penuh
perhatian, karena umumnya orang yang mempunyai humble bragging senang akan hal
tersebut. Saya menyebutnya teknik pseudo emphaty. Kemudian lanjut langkah ke 3.
3. Jika hampir masuk ke inti persoalan, potong puncak
ketinggiannya yang sekiranya akan menyinggung “pride” pada dirinya dengan
membandingkan orang atau pihak lain yang sekiranya sepadan dengannya. Mengingat
umumnya orang yang mempunyai humble bragging cenderung butuh pengakuan sehingga
saya akan menggunakan teknik self esteem drop. Pada moment itu galilah
benar-benar pengetahuan Ybs akan inti persoalan yang ingin kita ketahui.
4. Jika pada 3 hal diatas kamu tidak menemukan
apapun, lebih baik tinggalkan karena sederhananya it is only waisting time
& lakukan dengan cara sehalus mungkin.
Comments
Post a Comment