Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk & nilai sekarang dari arus kas keluar pada sebuah waktu periode. NPV biasanya digunakan untuk alokasi modal untuk menganalisa keuntungan dalam sebuah proyek yang akan dilaksanakan. NPV yang positf menandakan bahwa proyeksi pendapatan yang dihasilkan oleh sebuah proyek atau investasi melebihi dari proyeksi biaya yang dikeluarkan. Pada umumnya nilai NPV (+) akan menjadi menguntungkan & proyek yang memiliki NPV (-) akan menghasilkan kerugian. Konsep ini merupakan dasar dari hukum NPV, yang mengindikasikan bahwa investasi yang bagus hanya dapat dilakukan.

Cara menghitung NPV dapat dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu :   
1. Tahap yang pertama adalah dengan menghitung Present Value (PV) dari total pengeluaran per tahun & PV dari total keuntungan per tahun.
   
2. Tahap kedua adalah dengan menjumlahkan masing-masing PV total keuntungan & PV total pengeluaran, lalu kemudian dicari selisih antara jumlah keduanya.

Dimana PV adalah jumlah nilai yang harus diinvestasikan di masa sekarang jika kita menginginkan sejumlah nilai tertentu di masa yang akan datang.

Sedangkan Future Value (FV) adalah jumlah nilai di masa yang akan datang dari jumlah nilai yang dibayarkan datau diinvestasikan di masa yang sekarang.

Untuk memahami konsep PV dan FV, kita simak contoh sebagai berikut :

Contoh Perhitungan PV dan FV:MRAS menginginkan uangnya berjumlah sebanyak Rp.50.000.000 lima tahun yang akan datang. Dengan tingkat bunga sebesar 6% per tahun, berapa uang yang harus ditabung Risa di saat sekarang agar nilainya mencapai Rp.50 juta lima tahun lagi atau berapa present valuenya?

Diketahui :
FV (Future Value) : Rp.50 juta
i (diskon factor)     : 6% atau 0,06
n (lama investasi)  : 5 tahun

Penyelesaian :
 
PV = FV / (1+i)^n 
= Rp.50 juta / (1+0,06)^5
= Rp.50 juta / 1.3382255776
 
PV = Rp.37.362.909

Sehingga untuk mendapatkan uang sebesar Rp.50juta dimasa yang akan datang, MRAS harus menabung terlebih dahulu sebesar Rp.37.362.909 di masa yang sekarang.

Contoh Perhitungan NPV :
Jika anda memiliki sebuah bisnis percetakan dan membutuhkan sebuah kamera digital untuk mendukung bisnis anda. Harga dari kamera tersebut adalah sebesar Rp.10 juta. Apakah membeli kamera tersebut mendatangkan keuntungan ataukah tidak?
Jika kita memperkirakan alih-alih membeli kamera, & jika Rp10 juta didepositokan, kita akan mendapatkan bunga sekitar 5% per tahun, maka kita akan menggunakan tingkat bunga yang sama untuk menghitung NPV. Sehingga dengan n adalah 3 tahun maka perhitungan NPV dapat kita hitung menggunakan rumus berikut :

P / (1 + i)t

Dimana P adalah perkiraan jumlah arus kas yang didapatkan setelah pembelian kamera.

MisalkanPada tahun 1 = 5 juta /(1+0,05)^1 = 4.761.905
Pada tahun 2 = 4 juta /(1+0,05)^2 = 3.628.118
Pada tahun 3 = 3 juta /(1+0,05)^3 = 2.591.513

Sehingga proyeksi NPV menjadi :Rp (4.761.905 + 3.628.118 + 2.591.513) – Rp.10.000.000
= Rp. 10.981.536 – Rp.10.000.000
= Rp.981.536

Karena Proyeksi NPV selama 3 tahun mendatangkan keuntungan sekitar Rp.981.536 maka pembelian kamera dapat dipertimbangkan karena menunjukkan NPV yang lebih besar dari nol.

Melihat NPV Lebih DalamMenentukan nilai dari sebuah proyek itu sangatlah sulit karena ada bermacam-macam cara untuk mengukur nilai dari arus kas di masa depan. Karena dengan hukum Time Value Money (TVM), unag yang ada saat ini lebih berharga dibandingkan dengan nilai uang di masa depan dalam jumlah yang sama. Hal ini karena uang tersebut dapat digunakan untuk investasi yang lebih jelas menguntungkan dan juga karena inflasi. Dalam kata lain uang yang didapat dimasa depan jauh lebih sedikit nilainya dengan uang yang didapat saat ini jika dilihat dalam jumlah yang sama. Oleh karena itu digunakanlah Diskonto atau Discount Rate. Variabel yang disebut diskonto ini merupakan salah satu elemen penting dalam menentukan NPV. Perusahaan seringkali memiliki cara yang berbeda dalam menentukan diskonto. Metode umum yang digunakan dalam menentukan diskonto ini adalah dengan menggunakan ekspektasi imbal hasil dari investasi lain yang memiliki nilai risiko yang sama (IRR) atau biaya dari pinjaman uang untuk melaksanakan proyek tersebut.
Contoh : 
Sebuah perusahaan ingin membeli sebuah toko maka yang dilakukan pertama kali adalah mengukur pendapatan yang didapatkan di masa depan. Setelah mengukur pendapatannya dengan metode NPV didapatkanlah nilai sebesar Rp 3M. Lalu perusahaan bernegosiasi dengan pemilik toko untuk menentukan harga yang diinginkan oleh pemilik toko. Bila pemilik toko menjual tokonya dengan harga dibawah dari NPV yang telah dikalkulasi oleh perusahaan tersebut maka perusahaan tersebut bisa jadi membelinya karena harganya yang dibawah NPV yang mengindikasikan bahwa harganya murah. Katakanlah pemilik toko menjual tokonya sebesar Rp 2M, selisih Rp 1M ini merupakan keuntungan dari nilai intrinsik yang didapatkan perusahaan. Namun apabila pemilik toko tidak mau menjual dengan harga dibawah Rp 3M dan hanya ingin menjualnya diatas harga Rp 3M maka perusahaan tersebut kemungkinan tidak mau membelinya karena harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan NPV & mengindikasikan nilai yang negatif. Nilai harga yang harus dibayar dibawah NPV mengindikasikan investasi yang baik & nilai harga yang harus dibayar diatas NPV mengindikasikan investasi yang buruk.

Kekurangan NPVSatu masalah utama dalam menilai keuntungan investasi dari nilai NPV yaitu NPV terlalu bergantung banyak asumsi dan perkiraan, jadi akan ditemukan banyak kesalahan didalamnya. Sebuah proyek mungkin memiliki pengeluaran yang tak terduga untuk memulainya dan mungkin juga sebuah proyek memiliki pengeluaran tambahan di akhir proyek. Ditambah lagi diskonto dan perkiraan arus kas masuk tidak setara dengan risiko yang ada pada sebuah proyek dan kemungkinan mengasumsikan arus kas maksimal pada periode investasi. Ini bisa terjadi apabila investor terlalu optimistis pada proyek tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan untuk mengantisipasi biaya yang tidak terduga pada arus kas yang terlalu optimistis. Selain itu NPV hanya menilai arus kas yang dihasilkan dalam periode yang dihitung namun hal itu akan mengabaikan waktu yang dibutuhkan dalam operasi agar balik modal. Oleh karena itu Pay Out Time (POT) lebih populer karena lebih simpel dan dapat mengkalkulasikan kecepatan balik modal dari modal investasi.

Kesimpulan:NPV merupakan salah satu cara yang baik dalam mengukur nilai sekarang dari proyek yang akan dilaksanakan. Nilai NPV yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan merupakan investasi yang lebih baik. Kendati demikian, banyaknya asumsi dan biaya yang tak terduga dapat membuat akurasi dari NPV mengecil.

Comments

Popular posts from this blog

SEKILAS MENGENAL AKUNTANSI TERAPAN

9 TITIK TOTOK SYARAF UNTUK BERHENTI MEROKOK

LEARN ABOUT AURA