Impression Management (IM) negatif


Impression Management (IM) negatif


Menurut Irving Goffman, 1965 pencetus Teori Dramaturgi & juga teknik IM langkah komunikasi yang baik idealnya diawali dengan meningkatkan ketrampilan komunikasi interpersonal termasuk didalamnya menggunakan teknik IM.

Teknik IM menjelaskan bagaimana seseorang melakukan komunikasi menggunakan isyarat non verbal untuk membantu mendapatkan impresi yang diinginkan. IM adalah suatu proses saat seseorang individu berusaha mengontrol persepsi orang lain terhadap dirinya.

Bagi auditor penggunaan teknik tentunya digunakan untuk tujuan positif, karena pada penerapannya Teknik IM juga bisa digunakan untuk tujuan sebaliknya bisa oleh auditee sendiri atau pihak lain, dimana misalnya :

1. Dalam konteks mendapatkan sesuatu nilai bagus dari dosen, mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai bagus cenderung menyetujui apapun yang dosen katakan.

2. Dalam konteks memperoleh pekerjaan, seorang kandidat berlaku sangat sopan ketika wawancara kerja kepada recruiter agar diterima bekerja oleh perusahaan tersebut.

Berikut teknik IM yang penggunaannya bisa dilakukan oleh pihak lain yang sifatnya berlebihan & akan membuat Ybs malah tidak akan dipercaya. Bagi auditor sendiri membaca teknik seperti ini akan membuka cakrawala berpikir bagaimana menyikapi permasalahan sebenarnya yang mungkin terjadi. Untuk lebih jelasnya beberapa teknik IM yang dilakukan negatif adalah sbb :

1. Conformity (kesesuaian)
Teknik menyetujui yang dikatakan orang lain dengan tujuan mendapatkan persetujuan dari orang tersebut.
Misalnya:
A selaku berkata pada auditor bahwa langkah audit yang dilakukan auditor adalah yang terbaik. Sehingga, auditor akan menganggap A sebagai pendukungnya & auditor menganggap telah bekerja dengan baik. Selanjutnya, mungkin saja A menutupi sesuatu dalam pekerjaannya saat itu agar pekerjaan si auditor lekas selesai.

2. Excuses (alasan)
Teknik ini mencari alasan untuk menyelamatkan diri agar tidak terlihat begitu jelek di mata auditor/bisa saja orang lain.
Misalnya :
A mengatakan kalau target AR di PT.A sedikit terlambat dari jadwal yang ditentukan, karena adanya kesulitan keuangan klien. Padahal, memang tidak ada juga yang merespons tagihan AR tersebut. Jadi, terlambat atau tidak, tidak masalah karena tidak ada yang menagih. Namun, dengan A melakukan itu, berarti ia sudah berusaha menyelamatkan `muka`-nya. Padahal bisa jadi ditemukan sesuatu saat itu sebagaimana yang pernah saya jelaskan sebelumnya apakah itu Financial shenanigans (FS) atau emblezzment.

3. Apologies (permintaan maaf)
Teknik meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat merupakan salah satu contoh IM yang populer & tidak sedikit diantara kita pasti pernah melakukannya sering ditemukan dalam peristiwa yang terjadi sehari-hari.
Misalnya :
Auditor sering menemukan laporan tanpa menyertakan detail-detail penting, lalu auditee meminta maaf atas kesalahan itu atau bisa jadi sebaliknya padahal penyebab terjadinya bisa jadi kekurang telitian atau kehati-hatian dari auditor mau-pun auditee karena pekerjaan yang dianggap rutin sehingga terjadi typo.

4. Self-promotion (promosi diri)
Teknik ini menggunakan pembandingan diri sendiri dengan orang lain, meski kadang terkesan enak didengar oleh telinga tetapi hati-hati, jika tidak mendengar dengan seksama kita terkadang hanya mendapatkan kesan adanya kesombongan dari sipenggunanya.
Misalnya :
A mengatakan pada atasannya didepan auditor kalau dia yang mengerjakan tentu bisa selesai dalam waktu 2 minggu. Sementara, karena si B yang menanganinya, anak yang masih minim pengalaman baru selesai dalam 2 bulan & pada saat audit malah jadi temuan. Padahal saat itu kita bisa saja menggali motif adanya niatan seseorang kepada pihak lain untuk melakukan hal tersebut.

5. Flattery (sanjungan)
Teknik ini memberikan pujian pada orang lain sehingga diri sendiri terlihat positif & lebih disukai terlebih lagi disukai oleh telinga yang mendengarnya.
Misalnya :
Ditempat yang kita menerima adanya pengaduan dari Whistle Blower mengenai indikasi perilaku fraud yang dilakukan oleh A & B, dimana otaknya adalah A pelaksananya adalah B. Saat itu  kita temukan A memuji B kalau pekerjaannya sangat memuaskan didepan auditor, kalau tidak ada B entah bagaimana semua pekerjaan dibidang tersebut bisa diselesaikan. Dan benar, A belum tentu dapat menyelesaikan pekerjaan itu sebaik B karena skillnya minim. Kalau saat itu telinga kita sumbunya pendek tentu secara secara sepihak kita akan mengatakan bahwa B pelaku utamanya dengan mengabaikan A karena minimnya skill yang dimiliki.

6. Favors (kebaikan)
Teknik melakukan sesuatu untuk orang lain agar mendapatkan persetujuan dari orang tersebut. Misalnya :
Seorang auditee berkata pada auditor yang dianggap potensial, “Mas, saya punya 2 tiket gratis untuk sing a song di "XXX". Silakan ambil Mas! Anggap saja ucapan terima kasih karena Mas telah menyediakan waktu untuk membantu membenahi pencatatan administrasi saya”. Jika sering diambil lama-lama ketika ada suatu kesalahan akan menimbulkan hutang budi yang akan mempengaruhi profesional & independensi si auditor tersebut saat si auditee mengalami masalah.

7. Association (Asosiasi)
Teknik ini menjaga citra orang lain dengan menghubungkan satu informasi tentang dirinya & orang lain.
Misalnya :
Auditee (A) yang sedang memenuhi interview auditor. Saat wawancara, A mengatakan pada auditor si interviewer bahwa atasan si auditor dulu adalah teman sekolah A & berteman baik dengannya sejak sama-sama sebelum menikah. Harapannya, si auditor akan memberi respon positif sehingga akan mempengaruhi penilaian profesionalnya karena adanya informasi kedekatan atasannya dengan si A tersebut.

Semoga bermanfaat. Salam.

Comments

Popular posts from this blog

SEKILAS MENGENAL AKUNTANSI TERAPAN

9 TITIK TOTOK SYARAF UNTUK BERHENTI MEROKOK

LEARN ABOUT AURA