Strategi dan teknik deteksi kebohongan saat wawancara permintaan keterangan/klarifikasi.

Saat ini dalam mengungkap suatu kebenaran dalam melakukan penyelidikan terhadap seseorang telah tersedia berbagai alat bantu sesuai dengan perkembangan teknologi, mulai dari :

1.   Alat perekam suara (voice recorder),

2.  Kamera pengintai (spy camera recorder) dengan berbagai jenis dan tipe, serta bentuk seperti : pen spy camera berbentuk pena biasa yang keberadaannya tidak akan disadari oleh orang yang kita pantau atau menggunakan alat sadap suara dan kamera; dan

3.   Penggunaan alat pendeteksi kebohongan bernama Polygraph

 

Walaupun telah tersedia dukungan alat Information Technology (IT) yang canggih, tentunya masih terdapat beberapa kekurangan dan masih dituntut kemampuan auditor untuk mendeteksi kebohongan secara cepat guna mengungkapkan adanya fraud/kecurangan. Cara yang lazim digunakan oleh seorang auditor adalah teknik interview melalui gerakan tubuh, gerakan mata bahkan tinggi rendahnya nada suara bisa menjadi petunjuk yang direkomendasikan. Pertanyaan sederhana yang kerap diajukan, apakah mendeteksi kebohongan itu mudah untuk dilaksanakan? Belum tentu, karena terkadang seorang auditor senior yang berpengalaman sekalipun dan telah terlatih membaca kebohongan dari gerakan tubuh & ekspresi wajah seseorang, tetap saja masih akan menduga atau merunutkan puzzle atas urutan kejadian. Dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan hasilnya terkadang tidak akan selalu sesuai dengan yang kita diharapkan, bisa jadi jawaban dari pertanyaan yang diajukan tidak diikuti dengan respon atau ekspresi yang ditunggu oleh si auditor. Ada faktor lain yang memengaruhi, tergantung kemampuan dari orang yang di investigasi menutupi sikap grogi atau canggung, gemetar atau dengan mengatur tekanan suaranya.

 

Saat pelaksanaan kegiatan investigasi wajib disarankan menyingkirkan semua praduga, asumsi, opini, & membaca dokumen. Fokus pada anggota tubuh khususnya mata, gerakan badan, mimik muka, suara, seperti :

Adanya perubahan warna wajah, pipi menjadi kemerahan, ini khususnya terhadap pihak yang berkulit putih bersih.

1.     Gerakan ekor mata yang berlawanan dengan pernyataan yang disampaikan.  

2.     Gerakan refleks hidung, dengan menyentuh hidung, dan atau

3.     Bunyi tawa yang terdengar sumbang dan dipaksanakan.

Pada beberapa auditee yang memiliki kecenderungan berkata bohong akan membuat kontak mata dengan si penanya namun lebih banyak menghindar. Hal ini juga tidak dapat dijadikan suatu kesimpulan adanya sinyal kebohongan karena ada pribadi yang memang tidak biasa saling bertatapan dengan lawan bicara, namun bisa dijadikan salah satu gejala untuk membuktikan tanda-tanda lainnya auditee dimaksud memberikan pernyataan bohong atau tidak sesuai.

Area kunci pada mata auditee yang perlu diamati dengan jelas adalah kontak mata, kecepatan kedipan, dan gerakan mata. Refleks gerakan mata ketika diajukan pertanyaan idealnya adalah:

1.  Bergerak horizontal atau diagonal ke atas, ke arah kanan si penanya, jika mengingat sesuatu yang benar-benar terjadi.

2.  Bergerak horizontal atau diagonal ke atas, ke arah kiri pewawancara, jika mengarang suatu kebohongan.

3.  Kadang kala ada yang melihat lurus ke depan dengan sedikit atau tanpa gerakan mata yang mengindikasikan bahwa memang sedang mencoba mengingat peristiwa yang terjadi.

Ketika auditee mencoba untuk menyangkal telah melakukan sesuatu alias berbohong, biasanya terbawa dalam sikap dan emosi yang berusaha keras untuk menutupinya, termasuk menambahkan informasi yang tidak terkait dengan panjang lebar & pada hal inti yang tidak ingin diungkap malah sedikit memberi keterangan. Ketika pada inti masalah biasanya akan terlihat sikap gugup yang sulit untuk disembunyikan, terkadang memperlihatkan emosi riang atau senang yang dipaksakan untuk memberi kesan sebaliknya. Walaupun sebagian orang dapat menutupi perasaannya, tidak seluruh kesan pada wajah dapat ditutupi. Pada wajah yang dipasang datar tanpa ekspresi mencoba untuk menggunakan poker face sekalipun sebenarnya masih dapat terlihat gerakan-gerakan kecil yang akan sedikit demi sedikit membuka tabir kebohongan.

Berdasarkan sisi psikologis ada beberapa cara untuk mengamati dimana :

1.  Sebagian orang bisa dengan mudah berbohong melalui kata-kata & alibi yang meyakinkan, namun tidak semua orang mampu berbohong.

2. Kadang-kadang dibutuhkan suatu sikap tegas untuk mengungkapkan kebenaran, membuat tipuan atau rekayasa seolah-olah sudah memahami kronologi kejadian & sudah ada informasi dari lingkungan sekitar atau teman-teman yang bersangkutan, serta sikap menyerang untuk membuatnya terpojok & akhirnya mengakui kesalahan.

 

Berdasarkan pengalaman menghadapi beberapa auditee, sering ditemui bahwa :

1. Adanya auditee yang marah bahkan dengan nada tinggi dan lantang menyangkal telah melakukan suatu kesalahan hanya untuk menutupi kebenaran, bahkan tidak tanggung-tanguung berani bersumpah dengan kata-kata :

a.     Menggunakan nama Allah SWT,

b.     Mengatasnamakan demi keluarganya,

c.   Menyatakan tidak melakukan yang dituduhkan, tidak memakan uang yang tidak benar sepeserpun, tidak melakukan mark up harga atau bahkan tidak melakukan korupsi. Padahal pada kenyataannya kata-kata sumpah ini pun tidak menjamin kebenaran kata-kata yang telah diucapkan. Selanjutnya dalam waktu yang tidak lama berselang akan merevisi pernyataannya dan memohon-mohon untuk negosiasi, meminta keringanan atau bahkan meminta dimaafkan saat itu.


2.  Bahkan sering ditemui, walaupun kebohongannya telah terungkap namun yang bersangkutan tetap saja menyangkal & dengan kemampuan terbaiknya ingin merubah situasi seakan-akan membuat si auditor akan merasa bersalah karena telah salah men-judge seseorang & berpikir ulang atas suatu simpulan apakah benar yang bersangkutan pelaku sebenarnya?

Jika ditemui hal seperti ini maka bersiaplah menggunakan trik lainnya dengan cara menggeser fokus pengamatan perilaku yang bersangkutan kepada jawaban yang disampaikan, dengan pengulangan pertanyaan yang sama & teknik yang berbeda akan dapat dinilai apakah jawabannya tetap konsisten atau tidak. Kemudian secara perlahan lakukan pendalaman atas titik-titik kritis pertanyaan dan tekanan yang tepat untuk membuat si auditee mengaku. Selain itu bisa juga dengan cara persuasif membujuk Ybs untuk mengakui kesalahan maka kesalahannya akan dipertimbangkan dalam menjatuhkan sanksi atau hukuman nantinya.

 

Dalam pelaksanaan percakapan atau interview, prinsip percakapan yang bisa meningkatkan peluang dalam mendeteksi kebohongan sebagai berikut:

1.   Menggunakan pola pertanyaan terbuka.

Penggunaan pola pertanyaan terbuka dapat dilakukan dengan cara :

a. Auditor membiarkan yang bersangkutan (yang diwawancarai) untuk bercerita terlebih dahulu, kemudian auditor mendengarkan, menandai titik-titik yang dianggap penting, mengulangi pertanyaan yang sama lebih detail dengan tujuan agar yang bersangkutan terperangkap dalam kebohongan atas pernyataannya sendiri.

b.  Kemudian ketika auditee tidak ingat lagi dengan jawaban dan alur kejadian semula, maka akan memberikan jawaban yang berbeda-beda. Jika menemukan kontradiksi, jangan langsung dipotong atau konfrontir, biarkan auditee melanjutkan cerita palsunya (cerita fiktif) untuk membuatnya semakin percaya diri.

c.  Terakhir, kunci keadaan dengan menyampaikan salah satu jawaban si auditee, kenapa tidak sinkron dengan kondisi yang ada & jawabannya dari awal selalu berubah-rubah, mana yang benar. Dari seluruh rangkaian pertanyaan tersebut semakin besar peluang si auditor bisa diperoleh benang merah kejadian, menganalisa kemungkinan & menarik suatu kesimpulan agar tidak menghadapi kondisi jump to conclution so early.

 

2.   Pemberian elemen kejutan.

Para auditor terkadang umumnya akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kejutan yang tidak diperkirakan atau di antisipasi akan terjadi & biasanya akan membingungkan si auditee, atau dengan cara meminta mereka menceritakan kejadian di masa lalu. Dalam hal ini rangkaian pertanyaan yang disusun sebelum mewawancarai seseorang yang telah dirancang dengan baik dan teliti, juga dapat mendeteksi kejanggalan inti cerita bohong dibandingkan memperhatikan gerakan tubuh. Yang penting untuk diingat adalah auditor harus berpikiran terbuka, mengosongkan diri & tidak cepat langsung mengambil kesimpulan. Bukan lantas karena seseorang terlihat gugup atau sulit mengingat secara detail, maka auditor akan mengambil sebuah kesimpulan bahwa mereka bersalah, melainkan harus melihat inkonsistensi si auditee tersebut secara umum. Biasanya untuk mengungkapkan adanya suatu peristiwa fraud/kecurangan/kesalahan akan membutuhkan perhatian dan energi lebih besar.

 

Jadi langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengungkap suatu kebenaran adalah:

1.  Lakukan komunikasi yang baik fokus pada tujuan, gunakan berbagai teknik komunikasi & metode yang efektif sehingga orang yang dimintai keterangan memberikan data yang valid.

2.  Lakukan pembedaan antara informasi yang akurat dengan yang tidak akurat, kemudian ambil intisari permasalahan.

3.  Perlu untuk mendalami titik kritis masalah dalam melakukan verifikasi & validasi data dengan teknik interviu & investigasi terselubung.

4.   Deteksi kebohongan dengan cepat.

5.   Kemas penyampaian pesan dengan baik.

6.  Tuliskan hasil laporan investigasi dalam bentuk laporan, selain data deskriptif dalam mengambil keputusan.

7.   Tentukan Tindak Lanjut Hasil Laporan (TLHP).

8.  Berusaha membawa pertanyaan sedemikian rupa agar Ybs memberikan keterangan atau data yang sebenarnya secara sadar.

 

Pertanyaan yang umumnya diberikan pada saat wawancara fraud, yakni:

1.     Pendahuluan.

2.     Pertanyaan informatif.

3.     Pengujian.

4.     Penutup.

5.     Pencarian fakta kebenaran.

 

Misalnya pada kasus dugaan tindak pidana korupsi, umumnya akan selalu diawali dengan rangkaian pertanyaan ringan tentang kabar diri & keluarga, di mana tinggal, bersama siapa, kondisi kesehatannya saat ini selanjutnya baru dilanjutkan dengan maksud & tujuan memanggil Ybs serta interviu untuk mengungkap masalah inti terkait kasus dugaan tindak pidana korupsi.

 

Perhatikan, telaah serta catat atas ungkapan/penjelasan kronologi kejadian atas penjelasan yang disampaikan oleh Ybs, sementara kita simak setiap detil keterangan yang diberikan, menilai apakah kehidupan keluarganya berbahagia atau tidak, amati sikap & perilakunya dalam memberikan keterangan, ekspresi wajah, perubahan warna muka, gerakan ekor mata, gerakan tambahan yang tidak wajar seperti misalnya merapikan pakaian yang dikenakan, padahal sebenarnya tidak ada masalah dengan pakaiannya. Amati tremor atau gemetar pada tangan atau ada alat yang terjatuh karena tidak sengaja seperti pena atau kunci, terus melihat ke arah handphone (HP) untuk menghilangkan kecanggungan. Kadang mengulangi pertanyaan yang disampaikan penanya dengan maksud memikirkan jawaban yang cocok, nilai kecepatannya dalam memberikan jawaban, lancar atau tidak. Lakukan pengujian/uji silang terhadap perbedaan informasi disampaikan dengan data yang telah dimiliki. Kaitkan dengan kemampuan ekonomi & finansialnya saat ini. Sampaikan pertanyaan untuk mencari pengakuan atas kesalahannya. Jika jawaban dari rangkaian pertanyaan yang diajukan tidak konsisten, dicurigai adanya kebohongan. Apakah dia punya keinginan untuk berubah, sampaikan ancaman hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya. Amati respon verbal maupun non verbal responden untuk menilainya.

 

Petunjuk verbal & non verbal yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebohongan, antara lain:

1.   Gerakan jari, tangan, kaki, atau diam yang tidak biasa.

2. Perubahan pola kecepatan berbicara, karena pembohong sering mempercepat atau memperlambat kecepatan berbicara, atau berbicara lebih keras dari biasanya, terkadang ada kecenderungan ingin batuk atau menelan ludah selama berbohong karena tengorokan akan terasa kering.

3.   Banyak yang salah dalam pengucapan karena gugup.

4.   Kalimat jawaban tidak mengalir lancar & alami sesuai pertanyaan.

5.  Mengulang pertanyaan, karena orang yang berbohong akan menanyakan kembali pokok masalah yang ditanyakan untuk mengulur waktu atau istilahnya buying time.

6. Gerakan mata tidak konsisten, karena mengarang cerita & bukan berusaha mengingat. Berkurang atau bertambahnya kontak mata, kedipan bola mata di luar ritme normal, lebih cepat atau lebih lambat. Pupil mata jadi melebar.

7.   Bibir mengering, hidung menjadi gatal karena adanya aliran darah yang menuju pada urat-urat di hidung.

8.  Melipat tangan atau kaki, gerakan tubuh tidak rileks atau alami atau terkesan menutup. Jari-jari tangan kadang ditautkan di depan wajah.

9.  Pura-pura kurang merasa fokus karena alasan lelah, mengantuk, mengeluarkan suara batuk-batuk kecil, mendehem atau menelan ludah.

10.Mengomentari wawancara karena orang yang berbohong akan mengomentari lingkungan sekitar untuk mengalihkan topik pembicaraan misalnya merasa cuaca terasa panas atau dingin.

11. Memilih-milih ingatan atau memori, walaupun ingatannya bagus terhadap kejadian-kejadian yang kecil tapi tidak dapat mengingat kejadian-kejadian yang penting.

12. Alasan yang dibuat-buat dan bersumpah untuk meyakinkan auditor.

13.Menyarankan untuk minta testimoni orang dekat di sekitarnya untuk mengecek kebenaran pernyataan kepada istri, teman, atau yang lain sebagai alibi dengan harapan auditor akan mempercayainya.

 

Orang yang jujur akan mudah menjawab dengan singkat dan jelas, “Ya”, atau “Tidak”. Namun untuk pembohong :

1.   Umumnya berbelit-belit dalam menjawab, bahkan akan menjauhi pokok permasalahan.

2.  Berusaha menutupi hal yang ditanyakan, biasanya bercerita kesibukannya mengurus orang tua sakit untuk mengambil empati atau harus segera pergi jemput anak atau lainnya, dengan maksud agar diloloskan.

3. Menghindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perbuatannya, seperti: mencuri, berbohong, dan tindakan kriminal lainnya.

4.  Menghindari kata-kata yang berkaitan dengan tindakannya dan sebaliknya akan menggunakan kata yang lebih halus atau tidak berkaitan.

5.  Orang jujur atau tidak jujur biasanya enggan memberikan nama-nama pihak yang terlibat dalam perbuatannya, namun orang yang tidak jujur cenderung tetap dengan pendiriannya untuk tidak membongkar 1 nama pun karena takut rahasianya terbongkar.

6.  Biasanya akan bersikap toleran misal ketika ditanyakan apa konsekuensi hukuman atas suatu kesalahan, orang jujur kemungkinan menjawab ekstrem agar dilaksanakan sesuai dengan aturan dan sesuai ancaman sanksi atas perbuatan, namun orang yang berbohong akan memikirkan bagaimana peluangnya mendapatkan pengampunan atau kesempatan kedua tidak akan mengulangi lagi perbuatan.

7. Dalam menjawab pertanyaan yang sensitif seorang pembohong akan mengubah postur tubuhnya, reaksi yang tidak disadari ketika takut rahasia terbongkar misal: detak jantung menjadi lebih cepat, menelan ludah atau napas terengah-engah, bisa juga menutupi mulut dengan tangan. Mengamati reaksi seseorang ketika melihat dokumen bukti yang disodorkan, pembohong bisa saja mengamati dengan santai, namun segera dikembalikan atau memberikan senyuman palsu.

 

Menurut DR. David Craig dalam bukunya ada model 5 (lima) Deteksi Kebohongan "MAGIC" yaitu:

1.   Motivation:

Apakah seseorang punya motivasi untuk berbohong atau tidak.

2.   Ask control question:

Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengendali & amati perilaku orang tersebut serta pola bicara normal umumnya.

3.   Guilt questions:

Ajukan pertanyaan untuk memancing rasa bersalah dengan kalimat terbuka agar orang dimaksud bisa berkata jujur atau berbohong.

4.   Indicators:

Apakah ada tanda-tanda kebohongan pada rangkaian petunjuk, cari hal-hal yang tidak sinkron dalam pola perilaku atau bicara, rangkaian tanda kebohongan dalam jarak yang rapat dalam menjawab pertanyaan rasa bersalah.

5.   Check again:

Lakukan pendalaman kembali yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan kendali & pertanyaan rasa bersalah, jika rangkaian petunjuk timbul berarti orang tersebut sedang berbohong.


Semua fraud/kecurangan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor sering disebut sebagai Segitiga Fraud, yakni:

1.     Adanya tekanan (Pressure).

2.     Adanya kesempatan (Opportunity).

3.     Rasionalisasi (Rationalization).

 

3 hal tersebut berperan penting ketika seseorang memiliki tekanan dan kesempatan yang tinggi namun jika dirinya memiliki nilai-nilai kejujuran & etika yang tinggi maka tidak akan melakukan fraud. Jika seseorang memiliki tekanan & rasionalisasi tinggi namun kesempatannya sangat kecil, maka tidak akan dapat menjalankan kejahatannya. 

Umumnya manusia akan dipengaruhi tekanan yang dialaminya & tingkat etika yang dimiliki. Pada suatu kasus financial crime di perusahaan, ada celah-celah akuntansi yang dapat dimanfaatkan seperti :

1.     Adanya perbedaan waktu pencatatan yang dapat dimanfaatkan,

2.     Membuat transaksi penjualan fiktif,

3.     Menghilangkan transaksi hutang atau beban,

4.     Melakukan pengungkapan transaksi keuangan secara tidak tepat, dan

5.     Melakukan penilaian aset yang tidak tepat.


Menurut Albretch, 2012, faktor tekanan dapat disebabkan berbagai hal seperti :

1.   Desakan kebutuhan ekonomi,

2.   Kondisi keuangan yang memburuk,

3.   Tuntutan gaya hidup yang tinggi dan tidak bisa diturunkan,

4.   Kebiasaan buruk seperti : berjudi, pecandu alkohol atau ekstacy, tekanan pekerjaan atau sebab-sebab lainnya.

Selain tekanan, tingkat rasionalisasi diri juga akan mempengaruhi keputusan manusia untuk melakukan fraud atau tidak. Seseorang yang memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik, memiliki keteguhan hati selalu jujur, & etika tinggi tentu tidak akan membiarkan dirinya melakukan hal-hal tidak etis, & tidak mentolerir seseorang untuk melakukan kejahatan.


Dengan demikian pemikiran manusia dapat dipengaruhi dari dalam dirinya sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Kesempatan fraud dapat sangat beragam wujudnya mulai dari :

1.   Kesempatan yang muncul karena memiliki jabatan,

2. Kontrol internal lingkungan yang kurang memadai, hingga cara-cara yang memungkinkan untuknya melaku-kan fraud.

Berdasarkan penjelasan diatas, kesuksesan dalam mendeteksi kebohongan hanya dapat diperoleh dari pengalaman menangani kasus dalam mengungkap suatu perkara, dengan mengkombinasikan seluruh pengalaman yang ada pada diri dalam melihat berbagai masalah.

 

Comments

Popular posts from this blog

SEKILAS MENGENAL AKUNTANSI TERAPAN

9 TITIK TOTOK SYARAF UNTUK BERHENTI MEROKOK

LEARN ABOUT AURA