Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu di antara 9 wali
(walisongo) di tanah pulau Jawa. “Walisongo” adalah sejumlah wali yang memiliki
kontribusi besar dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di tanah pulau Jawa.
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Drajat Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta
Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan.
Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan
darah maka dalam hubungan guru-murid.
Maulana Malik Ibrahim dilahirkan di Campa (Kamboja), ayahnya bernama
Barakat Zainul Alam, seorang ulama besar dari Maghrib. Maulana Malik
Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Syekh Maghribi atau Makhdum Ibrahim Al-Samarqandi. Orang Jawa menyebutnya Asmorokondi. Sebutan Syekh Maghribi menisbahkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko, Afrika Utara. Maulana Malik Ibrahim memiliki silsilah keturunan yang dekat dengan Rasulullah SAW melalui jalur Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al Baqir, Ja'far Al Shadiq, Ali Al Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa al-Rumi, Ahmad Al Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumh, Alwi al-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, ,
Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat)
Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan
Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim termasuk orang pertama yang menyebarkan agama
Islam di tanah Jawa, & merupakan wali paling senior di antara para walisongo lainnya. Dengan ditemani oleh beberapa sahabatnya beliau datang pertama kali di desa Sembalo (sekarang Leran), Kecamatan Manyar, sekitar
9 km arah utara kota Gresik. Sebagaimana Rasulullah SAW. beliau
menyebarkan Islam dimulai dengan mendirikan masjid di desa Pasucinan
(Suci), Manyar.
Sebelum masuk tanah Jawa, Maulana Malik Ibrahim bermukim di Champa
(dalam Legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama 13 tahun. Beliau menikahi putri raja yang memberinya 2 putra,
yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel & Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan
misi dakwah di negeri itu, beliau hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan
keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya
menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Dari kecil Maulana Malik Ibrahim adalah termasuk anak yang cerdas & alim serta berwatak mulia. Sesudah mendapat didikan agama dari ayahnya,
kemudian pada abad XIII Masehi (801 H) oleh ayahnya ditugaskan untuk
menjalankan dakwah Islam menuju ke wilayah Asia Tenggara. Dengan perahu layar
beliau melintasi samudra luas disertai debur ombak & angin taufan yang
dasyat untuk menjalankan misinya. Hingga akhirnya sampailah di
pelabuhan Gresik, salah satu pelabuhan yang cukup besar di Asia Tenggara
pada saat itu & menjadi Bandar Kerajaan Majapahit.
Setelah mendarat
di kota Gresik, beliau memilih tempat di sebuah desa bernama Leran.
Di desa itulah, pada tahun 801 H/1392 M. beliau mulai menjalankan dakwah
Islam. Di samping itu beliau juga membuka toko di desa Romo (3 km
sebelah barat kota Gresik). Dengan memperkenalkan barang-barang
bawaannya kepada masyarakat setempat, beliau juga mempelajari bahasa
daerah demi mempermudah kelancaran dakwahnya. Dalam waktu yang relatif
singkat, beliau akhirnya dapat menyesuaikan diri pada masyarakat
setempat baik dalam menghadiri upacara-upacara perkawinan maupun
acara-acara lainnya. Bahkan beliau menjadi juru damai apabila menemui
masyarakat yang berselisih, hingga beliau terkenal & disegani oleh
masyarakat sekitarnya. Akhirnya, berkat Taufik dan Hidayah Allah SWT
satu demi satu mereka memeluk agama Islam.
Maulana Malik Ibrahim di antara 9 wali adalah yang tertua. Sunan
Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri adalah keponakan
Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel, Sunan Bonang & Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel, Sunan Kalijaga merupakan
sahabat sekaligus murid Sunan Bonang, Sunan Muria adalah anak Sunan Kalijaga, Sunan Kudus adalah murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para
Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan
abad 16, di 3 wilayah penting yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Provinsi Jawa
Timur, Demak-Kudus-Muria di Provinsi Jawa Tengah, serta Cirebon di Provinsi Jawa Barat.
Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada
masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari
kesehatan, bercocok tanam, kesenian, hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta & Pesantren Giri adalah 2 institusi pendidikan paling
penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh
wilayah Timur Nusantara. Sunan Giri & Sunan Gunung Jati bukan hanya
ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, & Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga
sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Tentu banyak
tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar
dalam mendirikan Kerajaan Islam di tanah Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat
“9 wali” ini lebih banyak disebut dibandingkan dengan yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran
Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai
“Tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para
kolonialis sebagai “Paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta
karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat
Jawa -yakni nuansa Hindu & Budha. Setelah selesai membangun dan
menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik
Ibrahim wafat.
Islamisasi Jawa adalah aktivitas pertama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim dalam
berdakwah saat itu adalah berdagang dengan membuka warung yang
menyediakan kebutuhan bahan pokok dengan harga yang murah. Selain itu secara khusus
Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara
gratis. Sebagai seorang tabib, beliau pernah diundang untuk mengobati istri raja
yang berasal dari Champa atau Cempa.
Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru dalam hal bercocok tanam.
Beliau merangkul masyarakat bawah atau kasta yang disisihkan dalam
komunitas Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat
di hati masyarakat di sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis
ekonomi & perang saudara.
Pertama-tama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim adalah mendekati
masyarakat melalui pergaulan & berdagang. Budi bahasa yang ramah
senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Beliau tidak
menentang secara tajam agama & kepercayaan yang hidup dari penduduk
asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan & kebaikan yang dibawa
oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang
tertarik masuk ke dalam agama Islam. Melalui berdagang beliau dapat
berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja & para
bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut
sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke Ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi
menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di
pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama
desa Gapura.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan
perjuangan menegakkan ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren di daerah itu, yang merupakan kawah condrodimuko bagi
estafet perjuangan agama Islam di masa-masa selanjutnya. Hingga saat
ini makam Maulana Malik Ibrahim masih diziarahi oleh berjuta-juta umat Islam di Indonesia.
Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk
berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Pada acara haul itu dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad), & dihidangkan makanan khas bubur yang bernama harisah
Comments
Post a Comment