Raden Parwoto atau Raden Umar Said (Sunan Muria)

Walisongo merupakan panggilan bagi wali Allah yang memperkenalkan dan menyebarkan agama Islam kepada masayarakat Hindu & Budha di Nusantara pada waktu itu. Walisongo terkenal dengan cara dakwahnya yang lembut & menyentuh hati seseorang sehingga agama yang meresap dalam diri seseorang tersebut dari hati ke hati & tidak menimbulkan perpecahan.

Walisongo yang berjumlah 9 ini sangat berjasa dalam rangka syiar dan menyebarkan agama islam di Nusantara ini.Kegigihan mereka dalam syiar islam sangat luar biasa. Mereka tanpa pamrih & ikhlas dalam mendidik dan mengajari warga masyarakat pada waktu itu. Salah satu anggota Walisongo adalah sunan Muria. Beliau sangat berjasa menyebarkan islam di daerah gunung Muria yaitu di daerah Kudus Jawa Tengah. Sunan Muria adalah anggota termuda dari Walisongo. Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga. Untuk itu cara berdakwahnya mirip dengan ayahnya yaitu melalui kesenian.

Sunan Muria merupakan salah satu Sunan yang memiliki kesaktian dan kekuatan. Selain itu, Beliau juga memiliki cara berdakwah yang lembut & halus, berasal dari ajaran dari ayahnya.

Biografi Sunan Muria
Sunan Muria memiliki nama kecil yaitu Raden Prawoto. Beliau juga dikenal dengan nama Raden Umar Said, yaitu nama yang diberikan Ayahnya di waktu kecil. Raden Prawoto adalah putra pertama dari sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Dewi Saroh adalah saudara dari sunan Giri yang merupakan putra dari Syeh Maulana Ishaq. Jadi sunan Muria masih keponakan dari sunan Giri. Beliau terkenal dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi pada masa kesultanan di Demak. Raden Prawoto ini tinggal di Gunung Muria tepatnya Puncak Colo yang terletak di sebelah utara Kota Kudus, karenanya Sunan ini terkenal dengan nama Sunan Muria.

Kepribadian Sunan-Muria
Sunan Muria memiliki pemecahan masalah yang selalu memberikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Beliau juga memiliki kemampuan seperti bercocok tanam, berdagang, & melaut yang merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. Sikap Beliau yang ramah dan suka membantu membuat beliau sangat disegani oleh seluruh masyarakat.

Cara Sunan Muria dalam Menyampaikan Dakwah
Seperti beberapa tokoh dalam Walisongo yang lain, Sunan Muria juga mengedepankan kelembutan pada saat berdakwah kepada masyarakat luas. Tidak hanya menyebarkan terkait kebaikan Islam, juga manfaat Islam dalam kehidupan. Pada dasarnya, budaya Islam sudah dianut oleh beberapa tradisi asli masyarakat. Namun mereka saja yang belum mengetahui bahwa tradisi tersebut adalah ajaran Islam. Walisongo memiliki berbagai metode dalam berdakwah, salah satu ciri khas Sunan Muria dalam berdakwah adalah menggunakan kesenian. Kesenian dalam hal ini menggunakan gamelan & wayang. Beliau memperkenalkan Islam melalui gamelan & wayang dalam bentuk cerita sehingga mudah dipahami dan meresap di hati. Melalui penampilan kesenian berupa gamelan & wayang, Beliau menceritakan berbagai kisah agama Islam dengan cara menyenangkan. Penonton yang notabene memiliki berbagai profesi seperti pedagang, nelayan, pelaut, & rakyat biasa semakin memahami nilai-nilai Islam yang disampaikan Sunan Muria. Dalam kisah wayang yang diceritakan oleh Sunan Muria ini memiliki cerita Islami yang dikombinasikan dengan bunyi gamelan yang menjadikan penonton semakin antusias dalam melihat kisah wayang yang diceritakan Sunan Muria. Seperti sunan Bonang dan sunan Kalijaga yang berdakwah menggunakan kesenian seperti lagu-lagu jawa. Sunan Muria juga berdakwah melalui kesenian dalam bentuk wayang dan gamelan. Beliau juga menyediakan dakwah dalam bentuk nyanyian Jawa. Nyanyian Jawa itu terkenal dengan nama “Sinom” & “Kinanti” yang di dalamnya terdapat lirik yang berisi kisah agama Islam yang tentunya semakin menarik bagi penonton. Karena itu Sunan Muria terkenal sebagai Sunan yang senang berdakwah “Topo Ngeli” yang memiliki arti menghanyutkan diri dalam masyarakat. Dakwah dengan cara ini semakin menyebar hingga Lereng gunung Muria. Kisah Topo Ngeli ini yang dikisahkan sunan Muria adalah tentang kisah pewayangan yang dilakoni oleh Dewa Ruci yang merupakan kisah yang sering diceritakan oleh ayahnya. Kisah asli Dewi Ruci ini adalah cerita dari seorang empu Majapahit, yang diceritakan kembali melalui pewayangan oleh sunan Kalijaga. Karena sang sunan menceritakan dalam bentuk pewayangan maka kisah ini menjadi lebih terkenal. Dan sunan Muria sebagai anaknya melanjutkan untuk menceritakan kisah ini.

Kisah Dewa Ruci ini menceritakan tentang perjalanan rohani tokoh Bima (Werkudoro), yang masuk ke samudera luas tanpa batas. Dan akhirnya ia sang Hyang Nawa Ruci yang memberikan wejangan tentang kebenaran yang hakiki. Nah dari cerita inilah sunan Kalijaga & sunan Muria menceritakan kembali dengan mengganti nama-namanya disesuaikan dengan nama-nama ajaran islam. Misalnya nama Werkudara digantti dengan nama nafs Hayawaniyyah, Lhawaudadi. Samudera luas diganti dengan Bahrul Wujud. Dengan perubahan-perubahan nama yang lebih islami ini membuat kisah Dewa Ruci ini menjadi sangat digemari oleh masyarakat pada waktu itu.
Karomah Sunan Muria

Gentong-Air-Berkah-Sebagai-Karomah-Sunan-Muria
Setiap wali Allah pasti diberkahi karomah atau keistimewaan sebagai salah satu kekuatan. Simak ulasan karomah sunan Muria sebagai berikut :

1. Guyang Cekathak
Sunan Muria memiliki benda berupa pelana kuda yang digunakan untuk meminta hujan pada saat terjadi kekeringan. Ritual meminta hujan ini merupakan tradisi dengan nama “Guyang Cekathak“ atau memandikan pelana kuda. Uniknya, memandikan pelana kuda ini berjalan dari komplek masjid Muria sampai mata air Sendang Rejoso. Pelana kuda ini kemudian di mandikan dengan air sendang Rejoso, kemudian airnya dipercikkan ke warga & dilanjutkan doa & sholat untuk meminta hujan. Akhir dari tradisi ini ditutup dengan doa keselamatan & syukuran sambil makan bersama-sama dengan menu sayuran, gulai, opor, & dawet.

2. Air Gentong yang Mujarab
Sunan Muria memiliki air yang disimpan dalam gentong (tempat air besar). Air yang sudah didoakan oleh beliau memiliki khasiat yang luar biasa. Atas ijin Allah air ini bisa menjadi obat jika diminum. Air gentong ini dipercaya masyarakat memiliki keberkahan untuk mengobati segala macam penyakit. Air gentong ini juga dapat meningkatkan kecerdasan bagi orang yang meminumnya. Karena itu, hingga saat ini air gentong tersebut masih digunakan ketika peziarah datang.

3. Maling Kopo
Sunan Muria juga berguru kepada sunan Ngerang (Ki Ageng Ngerang) bersama dengan sunan Kudus & Adipati Pethak Warak serta kedua saudaranya Kopo & Gentiri. Maling Kopo adalah istilah yang diberikan kepada Kopo yang telah menculik istri sunan Muria yaitu Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri dari sunan Ngerang. Hal ini diketahui ketika Dewi Roroyono diculik oleh salah satu adik seperguruannya kemudian menyerang & menggunakan aji pamungkas menuju Sunan Muria. Sunan Muria kemudian menjadikan serangan beserta aji pamungkas tersebut berbalik & menyerang adik seperguruannya tersebut sehingga menyebabkan meninggal dunia. Hal ini yang dikatakan senjata makan tuan, niat jelek yang akan memberikan dampak buruk bagi pelakunya. Dan istilah maling Kopo hingga saat ini masih terkenal. Maling Kopo adalah istilah kepada seseorang laki-laki yang menculik seorang wanita untuk dijadikan istrinya.

Benda Peninggalan Sunan Muria
Sunan Muria merupakan salah satu tokoh agama Islam yang memiliki kekuatan dan kesaktian. Beberapa benda peninggalannya dipercaya memiliki kekuatan atau sisi keramat. Masyarakat merawat benda-benda peninggalan Sunan Muria dengan sakral. Simak beberapa benda peninggalan beliau di bawah ini sebagai berikut:

1. Pari Joto
Pari Joto merupakan 2 buah yang terdiri dari madu lebah atau An-Nahl & Jintan Hitam atau habatussauda. Kedua buah ini baik dikonsumsi untuk ibu hamil karena memiliki kandungan gizi yang baik untuk memperkuat kehamilan. Pari Joto memang dibesarkan di sekitar rumah Sunan Muria, namun kini kedua buah ini dapat ditemukan di berbagai wilayah. Terlebih saat ini banyak perusahaan yang telah mengembangkan 2 jenis buah ini dalam bentuk kemasan obat yang mudah untuk dikonsumsi.

2. Pakis Haji
Pakis Haji merupakan salah satu jenis tumbuhan dengan nama sikas yang digunakan sebagai tanaman pengusir hama pada tanaman padi. Sampai saat ini, Pakis Haji digunakan oleh sebagian besar masyarakat, terutama di Gunung Muria.

3. Bulusan & kayu adem ati
Ketika Sunan Muria masih hidup, terdapat seekor kura-kura kecil yang dipercaya merupakan jelmaan manusia. Pada masa tersebut juga terdapat pohon dengan nama “kayu adem ati” yang juga dipercaya memiliki kekuatan sehingga menjadi tanaman keramat. Kura-kura dan pohon ini sempat menghilang kemudian muncul kembali bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu masyarakat masih menganggap dua makhluk ini sakral.

4. Pohon jati keramat masin
Pohon jati telah hidup selama ratusan tahun sejak Sunan Muria tumbuh hingga tiada. Saat ini, tidak ada satu orangpun yang berani menebang pohon jati ini karena telah dipercaya memiliki kekuatan yang dapat berdampak pada orang yang memotongnya. Masyarakat sekitar percaya bahwa pohon ini memiliki penunggu yang memiliki kekuatan besar untuk menunggu pohon tersebut. Sehingga memiliki kekuatan untuk mencelakai orang yang berusaha menebangnya.

5. Situs air gentong keramat
Situs air ini terletak di sekitar pemakaman Sunan Muria yang biasanya menawarkan peziarah untuk membawa air gentong ini sebagai salah satu alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sunan Muria sebagai salah satu wali Allah dalam menyebarkan agama Islam hingga saat ini masih menjadi tokoh yang dikenang di hati masyarakat.

Berkembangnya Islam dengan kelembutan, memberikan kekuatan tersendiri bagi masyarakat khususnya umat Islam yang hidup pada masa kini. Islam dapat menjadi agama pemersatu bagi semua permasalahan yang ada di dunia. Cara berdakwah yang dikembangkan oleh Sunan Muria beserta peninggalannya masih dikenang hingga kini. Tempat peristirahatan terakhirnya menjadi kunjungan bagi orang-orang. Tidak hanya mendatangi, masyarakat yang melakukan ziarah juga berdoa untuk Sunan Muria. Karena tanpa beliau, masyarakat muslim tidak akan sekuat ini.

Makam Sunan Muria
Sunan Muria dimakamkan di daerah perbukitan di lereng gunung Muria. Tepatnya di desa Colo, kecamatan Dawe, sekitar 18 kilometer dari kota Kudus. Lokasi makam sunan Muria yang berada di kawasan masjid Muria merupakan wilayah yang berada di puncak bukit. Jadi perlu hati-hati jika akan menanjak ke lokasi makam jika menggunakan mobil atau kendaraan. Seperti makam-makam Walisongo lainnya yang lebih dulu mangkat, makam beliau juga ditutup dengan tirai putih yang berada dalam cungkup. Pada area makam terdapat 17 batu nisan yang merupakan makam para punggawa dari kasultanan Demak yang mengawal beliau. Disebelah timur cungkup terdapat makam putrinya yaitu Raden Ayu Nasiki. Di sekitar makam juga ada makam para tokoh-tokoh islam pada waktu itu seperti Panembahan Pengulu Jogodipo, putra sulung sunan Muria. Makam beliau sampai sekarang sangat ramai didatangi oleh para peziarah yang datang dari daerah sekitarnya atau dari seluruh pelosok nusantara.

Comments

Popular posts from this blog

SEKILAS MENGENAL AKUNTANSI TERAPAN

9 TITIK TOTOK SYARAF UNTUK BERHENTI MEROKOK

LEARN ABOUT AURA